Kamis, 12 Juni 2014

Siap... Mau... Laksanakan



Siap
Mau
Laksanakan


Kata tersebut terngiang di dalam otak saya, ketika berpikir sebuah perubahan, perubahan untuk Indonesia. Tidak perlu terlalu jauh untuk berpikir perubahan seperti apa yang saya maksud, pasti anda sendiri mampu mengerti dan sudah tahu perubahan yang saya maksudkan.
Ya, Negara kita Indonesia memang sangat membutuhkan banyak perubahan, bukan perubahan yang kecil tetapi perubahan besar yang harus dimulai dari tiap -tiap orangnya terlebih dahulu.

Hanya saja, kata itu terngiang ketika saya berpikir mengenai calon pemimpin kita saat ini, saya berharap akan ada perubahan ketika terpilihnya pemimpin yang akan melaksanakan tanggung jawabnya, yang mencintai raknyatnya, yang mengatasnamakan kepentingan rakyat daripada kepetingan pribadinya, dan pemimpin yang mau mendengar dari pada memerintah sekehendak hati. Jika nantinya kita susah memiliki pemimpin seperti itu, pertanyaan akan kata-kata Siap, Mau dan Laksanakan itu yang terngiang di dalam pemikiran saya.

Siapkah kita memulai sebuah perubahan?
Maukah kita memulai sebuah perubahan?
Melaksanakan aturan dan peraturan yang akan dibuat

Maaf jika banyak yang tersinggung dengan kata – kata saya selanjutnya, karena opini masyarakat, terlebih teman – teman saya di dunia kerja yang katanya mengaharapkan sebuah perubahan, merasa pesimis untuk adanya perubahan tersebut, dgn alasan “walaupun pemimpin nanti sudah bersih dan jujur bahkan mau mengerjakan amanat rakyat, belum tentu pengikutnya mau”, sangat miris mendengar kata – kata tersebut, karena menurut saya teman saya tersebut sedang menggambarkan kepribadian dia sendiri. Banyak yang mengatakan saya naif sekali dengan segala cita – cita saya, ketika saya mengatakan semua di mulai dari diri sendiri, contohnya ketika saya mengatakan memiliki keinginan untuk ikut di dalam ujian CPNS, mereka hanya tertawa dan mengatakan semoga saja, karena yang terbersit di dalam pemiliran mereka pada saat dan mereka katakan pada saya sendiri adalah “untuk masuk ke sana kamu harus siapkan uang, okay mungkin ada 1 atau 2 orang yang masuk tanpa bayaran, tapi praktek yang terjadi adalah kamu harus kerja di dalam sana”.

Saya bingung dengan perkataan mereka, karena jujur saja, saya mau masuk ke sana memang untuk bekerja, memberi sebuah kontribusi yang kecil untuk negara tempat saya di lahirkan, yang mungkin tidak akan terlihat ileh semua orang, setidaknya saya memberikan kemampuan saya untuk negara saya, jawaban yang saya lontarkan tersebut hanya di balas tertawaan saja. Mereka kembali mengingatkan kalau itu hanya cita -cita yang akan sulit ter-realisasi-kan, karena faktor lingkungan di dalamnya, yang memang sdah mengakarat kebiasaan PNS yang maunya Absen, Duduk dan Pulang. Untuk banyak orang mungkin sudah sanagtvmelihat fenomena tersebut, tapi saya tetap bersikuku dengan jawaban saya, semua tergantung pribadi awal seseorang, kalau di awal keingan untuk berada di sana untuk bekerja, maka itu harusnya bisa di pertahankan.

Maka dari itu, pertanyaan mengenai Kesiapan, Kemauan dan Melaksanakan itu terus berkecamuk.
Saya melihat fakta yang bisa saya analisis sendiri dari lingkungan saya saat ini, dimana banyak orang yang tidak siap untuk hidup benar, banyak orang yang takut untuk hidup jujur dan banyak orang yang sama sekali tidak mengenal sejarah bangsa Indonesia, tidak mencintai Indonesia.

 (Sumber gambar : http://hd.lubpedia.com/art-paint-wallpaper/)



Sama sekali tidak memiliki rasa cinta terhadap tanah airnya, saya bertanya jika kamu membaca tulisana saya ini, pernahkan kamu mendengan kata – kata “kalau boleh milih aku pengen tinggal di Perancis saja, Aku kan orang Amerika, atau kenapa aku gak di Lahirkan di Inggris saja dan juga semacamnya”. Saya sendiri sangat sering mendengar hal itu, sehingga memantapkan pendapat saya bahwa sebagian masyarakat Indonesia ternyata tidak mencintai negaranya, terkhusus jika saya melihat kehidupan pejabat - pejabat pemerintahan kita, bukannya melaksanakan tugas malahan mengambil keuntungan dalam tiap yang dikerjakan. Itukah yang dinamakan mencintai Indonesia, bukankah mencintai memiliki makan untuk tidak menyakiti? Kembali lagi saya bertanya siapkah kita mencintai Negara kita, atau maukah kita mencintai Negara kita ini?

Saya cukup setuju dengan perkataan seorang pemimpin akan berhasil jika yang dipimpin mau dan mampu bekerjasama demi mewujudkan visi dan misi yang ada.
Siapkah kita memulai sebuah perubahan? Siapkah anda hidup dalam integritas, siapkah anda bekerja sama dengan sebuah kebenaran yang mungkin akan mengurangi dan memangkas pemasukkan anda jika anda selama ini masih saja mengharapkan uanag gratifikasi dalam pekerjaan anada?
Maukah kita memulai sebuah perubahan? Maukah anda memulai untuk bersikap jujur dalam semua bagian anada di ingkungan pekerjaan dan masyarakat ?
Melaksanakan aturan dan peraturan yang akan dibuat. Mampukah anda melaksanakan bagian anda di dalam kebenaran, dimana sudah jelas ada peraturan yang harus anda taati?

Perubahan memang harus di mulai dari pribadi, dan menularkannya kepada orang lain. Mencintai berarti tdk ingin melihat yang dicintai sakit, jika anda mencintai negara kita Indonesia, belajarlah untuk tidak menyakiti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar